Big girls don`t cry...
yes, I`m not cry....
haha apalagi menangis masalah kegalauan, udah nggak pernah lagi. Merasa kamu miliki soalnya. Aku nggak tau aku ini ngrasain apa, aku juga nggak tau kamu sadar atau purapura nggak sadar masalah ini. Allah melahirkan aku kedunia ini, kata bapak aku punya sifat suka maksa dan nggak mau kalah. Aku sadar kalau 2 sifat itu udah ada sama aku sejak aku kanak-kanak. Aku ngerasa aku harus jadi yang pertama, aku nggak mau di nomer 2 kan. Oleh apapun, siapapun, dimanapun. Saat itu sepertinya aku masih nggak ngerti kalau Allah Maha Adil. Nggak ada nomer 1 2 3 4, dst. Tapi 2 sifatku itu kadang masih suka muncul disaat-saat tertentu. Sampai diusiaku yang sudah 17yo ini.
Mungkin itu kelemahanku, mungkin cuma aku yang kadang nggak bisa mengontrol 2 sifat itu. Tapi perlahan sudah mencoba. Saat usiaku menginjak masa-masa dimana aku mengenal dan mulai memiliki rasa yang lebih dari teman kepada lawan jenis, aku merasa aku harus yang pertama. Tapi setelah kupikir-pikir nggak tau kenapa bisa kayak gitu. Ehhmm, tapi masa-masa itu udah berlalu. Tertutup banyak pelajaran yang mengiringiku selama menuju ke usiaku yang ke 17 ini. Ada satu hal dimana aku merasa dimiliki oleh seseorang. Perasaan itu kuat sekali dalam benakku. Aku nggak tau aku dipilih atau hanya sekedar dipertimbangkan. Kadang aku meraasa akulah yang dipilih oleh perasaan itu. Saat itulah aku bahagia. Bahagia sekali, karna saat itu, aku merasa hanya aku yang dimilikinya. Hanya aku. Aku merasa seperti ini semenjak beberapa tahun yang lalu sebelum aku melanjutkan tingkat pendidikanku. Rasa ini mulai muncul dalam benakku. Dalam benakku yang terdalam. Aku merasa akulah yang nantinya menjadi tulang rusuk sejatinya itu. Aku.
Kadang susah dimengerti, bagaimana aku bisa dengan beraninya mengungkapkan semua. Tapi kadang juga susah dimengerti mengapa aku selalu memendam semuanya sendiri. Saat memendam semua sendiri, aku ingin teriak dan bilang. Kenapa bukan aku? kenapa?. Tapi itu hanya bersua dalam benakku saja. Tak dapat dan bahkan amat sulit dikatakan. Kadang juga terlintas, Apa aku tak bisa? Apakah bukan aku? Apakah selama ini kepercayaanku bahwa akulah tulang rusuk sejatimu itu salah? Apa Apa Apa dan Apa.....
Tapi itu hanya bersua dalam batin ini. Aku menyadari tak sepatutnya memaksakan semuanya. Aku mulai mengerti. Tapi aku tak bisa menerima saat mungkin semua terjadi, apa yang kutakutkan terjadi. Melihat situasi sekarang, aku nggak yakin aku kamu miliki lagi. Meski kadang batinku memaksa, aku masih dimiliki. Tapi nyatanya aku merasa aku tak terlalu dimiliki lagi. Apa benar? teriaklah lagi batin ini. Merasa semua nggak akan sanggup kulewati. Sepertinya aku harus mengalah atas masalah ini. Nggak mungkin aku ego, menyebabkan aku kehilangan salah satu dari kalian. Itu pasti. Haruskah aku biarkan semuanya terjadi dengan wajar, sehingga aku tak kehilangan kalian semua. Aku sayang sekali sama kalian. Aku nggak mau kehilangan salah satu dari kalian. Aku mau kalian masih ada buat aku. Meski perasaan ini berseru-seru, agar aku tetap dimiliki oleh perasaan itu, aku mau membiarkan perasaan ini bersua. Akan kubiarkan dan tak kuperdulikan demi kalian, kita semua. Hanya sebatas adik, aku lebih bahagia. Daripada dimiliki, tapi aku harus kehilangan salah satu dari kalian.
Aku nggak bisa memaksa semua seperti yang aku inginkan. Mungkin 2 sifat yang sudah aku miliki sejak kanak-kanak itu hanya bisa kupraktekkan sampai di usiaku yang masih belia dulu saja. Sekarang tidak lagi. Jika seperti yang tertulis ini terjadi bukan fiksi. Mulai sekarang biarkan perasaan dimiliki ini hilang, jangan kau bumbui lagi sehingga masih ada perasaan dimiliki melekat dalam benakku ini. Memohon pada seseorang yang sampai sekarang tak pernah kumengerti jalan pikirannya. Kadang aku mengerti jalan pikirannya setelah aku berfikir lama dan menemukan maksud. Tapi kalau saja yang tadi tadi tertulis terjadi, semua sudah kupersiapkan matang-matang dan baik-baik. Aku tak akan menyesal atas pilihanku. Aku lebih bahagia kalian ada didekatku semua. Tapi jika hal yang kutulis tak terjadi dalam nyata, percayalah wahai kau seseorang yang memilikiku, aku tetap akan kau miliki. Tak ada seni yang terjadi secara sempurna, seni selalu terjadi karena perbedaan yang disatukan sehingga lebih terlihat sempurna. Seseorang, aku ingin bersua malam ini, aku masih kau miliki malam ini, aku yakin, aku percaya, sebelum semua yang tadi-tadi tertulis terjadi.
yes, I`m not cry....
haha apalagi menangis masalah kegalauan, udah nggak pernah lagi. Merasa kamu miliki soalnya. Aku nggak tau aku ini ngrasain apa, aku juga nggak tau kamu sadar atau purapura nggak sadar masalah ini. Allah melahirkan aku kedunia ini, kata bapak aku punya sifat suka maksa dan nggak mau kalah. Aku sadar kalau 2 sifat itu udah ada sama aku sejak aku kanak-kanak. Aku ngerasa aku harus jadi yang pertama, aku nggak mau di nomer 2 kan. Oleh apapun, siapapun, dimanapun. Saat itu sepertinya aku masih nggak ngerti kalau Allah Maha Adil. Nggak ada nomer 1 2 3 4, dst. Tapi 2 sifatku itu kadang masih suka muncul disaat-saat tertentu. Sampai diusiaku yang sudah 17yo ini.
Mungkin itu kelemahanku, mungkin cuma aku yang kadang nggak bisa mengontrol 2 sifat itu. Tapi perlahan sudah mencoba. Saat usiaku menginjak masa-masa dimana aku mengenal dan mulai memiliki rasa yang lebih dari teman kepada lawan jenis, aku merasa aku harus yang pertama. Tapi setelah kupikir-pikir nggak tau kenapa bisa kayak gitu. Ehhmm, tapi masa-masa itu udah berlalu. Tertutup banyak pelajaran yang mengiringiku selama menuju ke usiaku yang ke 17 ini. Ada satu hal dimana aku merasa dimiliki oleh seseorang. Perasaan itu kuat sekali dalam benakku. Aku nggak tau aku dipilih atau hanya sekedar dipertimbangkan. Kadang aku meraasa akulah yang dipilih oleh perasaan itu. Saat itulah aku bahagia. Bahagia sekali, karna saat itu, aku merasa hanya aku yang dimilikinya. Hanya aku. Aku merasa seperti ini semenjak beberapa tahun yang lalu sebelum aku melanjutkan tingkat pendidikanku. Rasa ini mulai muncul dalam benakku. Dalam benakku yang terdalam. Aku merasa akulah yang nantinya menjadi tulang rusuk sejatinya itu. Aku.
Kadang susah dimengerti, bagaimana aku bisa dengan beraninya mengungkapkan semua. Tapi kadang juga susah dimengerti mengapa aku selalu memendam semuanya sendiri. Saat memendam semua sendiri, aku ingin teriak dan bilang. Kenapa bukan aku? kenapa?. Tapi itu hanya bersua dalam benakku saja. Tak dapat dan bahkan amat sulit dikatakan. Kadang juga terlintas, Apa aku tak bisa? Apakah bukan aku? Apakah selama ini kepercayaanku bahwa akulah tulang rusuk sejatimu itu salah? Apa Apa Apa dan Apa.....
Tapi itu hanya bersua dalam batin ini. Aku menyadari tak sepatutnya memaksakan semuanya. Aku mulai mengerti. Tapi aku tak bisa menerima saat mungkin semua terjadi, apa yang kutakutkan terjadi. Melihat situasi sekarang, aku nggak yakin aku kamu miliki lagi. Meski kadang batinku memaksa, aku masih dimiliki. Tapi nyatanya aku merasa aku tak terlalu dimiliki lagi. Apa benar? teriaklah lagi batin ini. Merasa semua nggak akan sanggup kulewati. Sepertinya aku harus mengalah atas masalah ini. Nggak mungkin aku ego, menyebabkan aku kehilangan salah satu dari kalian. Itu pasti. Haruskah aku biarkan semuanya terjadi dengan wajar, sehingga aku tak kehilangan kalian semua. Aku sayang sekali sama kalian. Aku nggak mau kehilangan salah satu dari kalian. Aku mau kalian masih ada buat aku. Meski perasaan ini berseru-seru, agar aku tetap dimiliki oleh perasaan itu, aku mau membiarkan perasaan ini bersua. Akan kubiarkan dan tak kuperdulikan demi kalian, kita semua. Hanya sebatas adik, aku lebih bahagia. Daripada dimiliki, tapi aku harus kehilangan salah satu dari kalian.
Aku nggak bisa memaksa semua seperti yang aku inginkan. Mungkin 2 sifat yang sudah aku miliki sejak kanak-kanak itu hanya bisa kupraktekkan sampai di usiaku yang masih belia dulu saja. Sekarang tidak lagi. Jika seperti yang tertulis ini terjadi bukan fiksi. Mulai sekarang biarkan perasaan dimiliki ini hilang, jangan kau bumbui lagi sehingga masih ada perasaan dimiliki melekat dalam benakku ini. Memohon pada seseorang yang sampai sekarang tak pernah kumengerti jalan pikirannya. Kadang aku mengerti jalan pikirannya setelah aku berfikir lama dan menemukan maksud. Tapi kalau saja yang tadi tadi tertulis terjadi, semua sudah kupersiapkan matang-matang dan baik-baik. Aku tak akan menyesal atas pilihanku. Aku lebih bahagia kalian ada didekatku semua. Tapi jika hal yang kutulis tak terjadi dalam nyata, percayalah wahai kau seseorang yang memilikiku, aku tetap akan kau miliki. Tak ada seni yang terjadi secara sempurna, seni selalu terjadi karena perbedaan yang disatukan sehingga lebih terlihat sempurna. Seseorang, aku ingin bersua malam ini, aku masih kau miliki malam ini, aku yakin, aku percaya, sebelum semua yang tadi-tadi tertulis terjadi.
No comments:
Post a Comment